Senin, 22 Juni 2009

KEBURUKAN MODEL MASYARAKAT YANG TIADA IMAN KEPADA ALLAH

Allah menyatakan dalam Al-Qur'an, Ia menciptakan manusia menurut kecondongan tertentu dalam ayat:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus ke agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (Surat ar-Ruum, 30)

Fitrah manusia adalah mengabdi kepada Allah dan beriman kepada-Nya. Karena manusia tidak mampu memenuhi sendiri keinginan dan kebutuhannya yang tak terbatas, ia secara alamiah perlu merendahkan diri di hadapan Allah dan meminta tolong kepada-Nya.

Jika seorang manusia hidup sesuai dengan fitrah ini, maka ia memperoleh kepercayaan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan sejati. Jika ia mengingkari fitrah ini, dan berpaling dari Allah, maka ia menjalani kehidupannya dengan kesusahan, ketakutan, kecemasan, dan kemalangan.

Aturan ini, yang berlaku bagi individu, berlaku juga bagi masyarakat. Bila suatu masyarakat terdiri atas orang-orang yang beriman kepada Allah, maka akan menjadi masyarakat yang berkeadilan, berkedamaian, berkebahagiaan, dan berkebijaksanaan. Tentu saja, yang sebaliknya pun berlaku pula. Bila suatu masyarakat kafir kepada Allah, maka tatanan masyarakat semacam ini pada dasarnya rusak, menyimpang, dan primitif.

Fakta ini segera terlihat manakala masyarakat-masyarakat yang berpaling dari Allah diamati. Salah satu dari produk terpenting dari pikiran yang tidak religius adalah penghapusan konsep akhlak dan pembangunan masyarakat yang menyimpang sepenuhnya. Dengan melanggar batas-batas religius dan moral dan melayani pemenuhan nafsu manusia semata-mata, kebudayaan ini merupakan suatu sistem penindasan dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam sistem semacam ini, segala jenis kemunduran mulai dari kelainan seksual hingga kecanduan obat terlarang didorong-dorong. Akhirnya, berkembanglah masyarakat yang tanpa cinta sesama dan bersifat egoistik, keras kepala, dangkal, dan tidak bijaksana.

Di suatu masyarakat yang orang-orangnya hidup hanya demi pemuasan hasrat mereka sendiri, tentu mustahil perdamaian, percintaan, dan persahabatan dilestarikan. Di masyarakat seperti ini, hubungan antara manusia bergantung pada kepentingan yang timbal-balik. Rasa saling curiga berlangsung dengan kuat. Ketika tiada alasan untuk tulus, jujur, bisa dipercaya, atau berbudi mulia, tiada yang suka hidup dalam penipuan, pembohongan, dan pengkhianatan. Para warga masyarakat semacam ini "menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka" (Surat Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut kepada Allah. Karena mereka tidak bisa "membuat perkiraan yang tepat perihal Allah", mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari Pembalasan. Bagi mereka, neraka tidak lebih daripada pandangan yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang pun dari mereka yang berpikir bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan diri di hadapan Allah sesudah kematian mereka atas segala dosa yang mereka lakukan selama hayat mereka di dunia ini, atau bahwa mereka pada akhirnya bisa dihukum dengan hidup tersiksa di neraka selamanya. Meskipun mereka memikirkannya, mereka menyangka akan masuk surga sesudah "menebus dosa", sebagaimana yang terungkap dalam ayat ini:

Ini karena mereka berkata, "Neraka takkan menjamah kami, kecuali selama beberapa hari saja;" mereka menipu diri dengan agama yang mereka ada-adakan sendiri. (Surat Aali Imraan, 24)

Dengan demikian, mereka menjalani kehidupan semaksimal mungkin untuk memuaskan hasrat dan kebutuhan mereka sendiri.

Keadaan ini biasanya menyebabkan kemunduran akhlak dan keruntuhan budi yang kita lihat di banyak masyarakat saat ini. Dalam penalaran mereka sendiri mereka menyangka "kita hidup di dunia sekali saja dan hanya selama 50-60 tahun lalu meninggalkannya, maka mari kita isi dengan bersenang-senang." Sistem pikiran yang didasarkan pada penalaran yang keliru ini mungkin disertai dengan segala jenis kelaliman, prostitusi, pencurian, kejahatan, dan kebejatan. Orang yang berpikiran semacam ini bisa melakukan segala jenis kejahatan, pembunuhan, dan penggelapan. Manakala setiap individu hanya memikirkan pemuasan kebutuhan dan keinginan diri sendiri, semua orang lainnya-termasuk keluarga dan teman-temannya-tidak begitu penting. Individu-individu lain di masyarakat tidak penting sama sekali.

Dalam suatu susunan masyarakat yang terutama berlandaskan pada hubungan kepentingan, kesalingcurigaan di antara orang-orang merintangi pembentukan perdamaian, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat individu, dan ini menyebabkan orang-orang terus-menerus hidup terombang-ambing, gelisah, dan ragu-ragu. Tanpa pengetahuan dengan siapa, kapan, atau bagaimana kebejatan-kebejatan dilakukan di masyarakat-masyarakat semacam ini, orang-orang hidup dengan keadaan jiwa yang amat ketakutan dan menderita. Kecurigaan yang merata menyebabkan mereka hidup dengan sangat menyedihkan. Di suatu masyarakat yang melecehkan nilai-nilai moral, pandangan orang-orang terhadap gagasan-gagasan seperti keluarga, kejujuran, dan kedermawanan, cukup memprihatinkan, karena mereka tidak takut kepada Allah.

Di masyarakat-masyarakat semacam itu, kehidupan orang-orang tidak berdasarkan rasa saling mencintai dan saling menghargai. Para warganya tidak merasa perlu menunjukkan penghargaan satu sama lain. Mereka tidak memperlihatkan sikap saling memperhatikan tanpa penyebab yang baik. Sebetulnya, mereka memang benar, sehubungan dengan penalaran mereka yang bebal, dalam menjalaninya. Mereka diajar sepanjang hayat mereka bahwa mereka berkembang dari hewan dan bahwa jiwa mereka akan lenyap selamanya pada saat mereka meninggal. Karena itu, mereka menganggap sia-sia sikap menghargai raga keturunan kera yang akan membusuk di dalam tanah dan bahwa mereka tidak akan menjumpainya lagi. Dalam logika kotor mereka, "semua orang di samping mereka sendiri akan mati dan dikubur di dalam tanah, mayat mereka akan membusuk dan jiwa mereka akan musna. Jadi, mengapa repot-repot berbuat baik kepada orang lain, dan mengorbankan diri?" Sungguh, pikiran-pikiran semacam ini terdapat di lubuk hati orang-orang yang tidak beriman kepada Allah atau, karena itu, kepada Hari Akhir. Di masyarakat-masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah, tiada landasan untuk kedamaian, kebahagiaan, atau pun kepercayaan.

Dengan semua kalimat tersebut, kami tidak bermaksud menyiratkan bahwa "kerusakan terjadi di masyarakat-masyarakat yang tiada beriman kepada Allah; karena itu, pasti ada keimanan kepada Allah." Allah itu harus diimani karena Ia ada dan siapa saja yang kafir kepada-Nya berdosa besar di hadapan-Nya. Maksud kami mencatat bahwa masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah menjadi rusak adalah menekankan bahwa sudut pandang fundamental masyarakat ini salah. Sudut pandang yang salah ini menyebabkan akibat yang menyakitkan. Suatu masyarakat yang mengerjakan dosa terbesar yang berupa mengingkari Allah pasti akan mengalami akibat terburuk. Akibat-akibat ini perlu diperhatikan karena menunjukkan betapa salahnya masyarakat ini.

Ciri umum masyarakat semacam itu adalah keterpedayaannya seluruhnya. Seperti dinyatkan dalam ayat, "Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah." (Surat al-An'aam, 116), sebagian besar warga masyarakat sama-sama memiliki watak yang membuat suatu psikologi "massa" yang menguatkan kekufuran yang telah ada. Dalam Al-Qur'an, Allah menganggap masyarakat yang mengabaikan Dia dan Hari Akhir sebagai "bodoh". Meskipun anggota-anggota masyarakat ini mungkin mengkaji fisika, sejarah, biologi, atau pun ilmu-ilmu lainnya, mereka tida mengerti dan tidak insaf untuk mengakui kekuatan dan kekuasaan Allah. Mereka bodoh dalam pengertian ini.

Karena para warga masyarakat jahiliyah tidak setia kepada Allah, mereka berpaling dari jalan-Nya dengan berbagai cara. Mereka mengikuti orang-orang yang merupakan hamba Allah yang batil sebagaimana mereka sendiri, memandang mereka sebagai panutan dan menganggap gagasan-gagasan mereka sebagai kebenaran mutlak. Pada puncaknya, suatu masyarakat jahiliyah merupakan masyarakat tertutup yang semakin membutakan diri, kian lama kian jauh dari akal dan hati nurani. Seperti yang kami nyatakan di permulaan, aspek yang paling menonjol dari sistem ini adalah bahwa para warga masyarakat semacam ini bertindak seiring dengan indoktrinasi anti-agama.

Dalam Al-Qur'an, Allah memaparkannya dengan perumpamaan yang jelas, bagaimana kehidupan semacam itu, yang berlandaskan pada basis yang rusak dan sia-sia, ditakdirkan untuk binasa:

Manakah yang terbaik? Mereka yang mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan keridaan Allah ataukah yang mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang zalim. (Surat at-Taubah, 109)

Namun demikian, ada hal lain yang harus diingat: setiap masyarakat dan semua orang berkesempatan untuk melepaskan diri dari indoktrinasi, jalan hidup dan filosofi jahiliyah. Allah mengutus para rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka dan memberitahu mereka keberadaan Allah dan Hari Akhir dan yang mengatakan kepada mereka makna hakiki kehidupan. Dan bersama-sama para rasul-Nya, Ia mengirim kitab suci yang menjawab semua pertanyaan yang berasal dari lubuk hati manusia. Inilah hukum Allah yang sudah ada sejak semula. Pada zaman ini, pedoman semua orang adalah Al-Qur'an, yang menunjukkan jalan yang benar dan membawa manusia dari kegelapan ke cahaya. Orang-orang akan diadili menurut pilihan mereka sendiri. Jadi, Rasul yang membawa kitab kepada orang-orang menyeru mereka:

Katakanlah: "Hai manusia! Sekarang kebenaran sudah datang kepadamu dari Tuhanmu. Barangsiapa menerima petunjuk, maka itulah petunjuk yang baik untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tersesat, maka ia menyesatkan dirinya sendiri; dan aku tidak mewakili kamu." (Surat Yuunus, 108)
© Harun Yahya Internasional 2004. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com

SEORANG MUSLIM TIDAK DIKAFIRKAN KARENA DOSA-DOSANYA


Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa seorang mukmin meskipun melakukan dosa-dosa kecil dan besar tidak bisa dikafirkan dengan semuanya itu. Meskipun dia meninggal dunia dalam keadaan belum taubat, selama masih dalam tauhid dan keikhlasan, urusannya terserah Allah.

Jika Ia menghendaki, Ia akan mengampuni dan memasukkannya ke surga pada hari Kiamat dalam keadaan selamat, beruntung dan tidak disentuh oleh api neraka, tidak disiksa atas segala dosa yang pernah dilakukannya, ia biasakan dan terus menyelimutinya sampai hari kiamat.

Namun apabila Allah kehendaki, bisa saja Ia menyiksanya di neraka untuk sementara, namun adzab itu tidak kekal, bahkan akan dikeluarkan untuk dimasukkan ke tempat kenikmatan yang abadi (surga)

Guru kami (Al-Imam Abu Thayyib) Sahal bin Muhammad (As-Sha'luki) rahimahullah berkata: "Seorang mukmin, walaupun disiksa di neraka, ia tidak akan dicampakkkan seperti dicampakkannya orang kafir. Ia pun tidak kekal seperti orang-orang kafir, dan ia tidak akan celaka seperti celakanya orang kafir"

Artinya, bahwa orang kafir akan diseret ke neraka dan dalam keadaan tersungkur wajahnya, dibelenggu, dibebani dengan beban yang berat. Sedangkan seorang mukmin yang dihukum di neraka, ia akan masuk seperti tahanan yang masuk penjara di dunia dengan berjalan, tanpa dijungkir-balikkan, atau dicampakkan seperti pada orang kafir.

Arti ucapan: "dia tidak akan dicampakkan seperti orang kafir yaitu bahwa orang kafir dimasukkan seluruh tubuhnya ke neraka dan setiap kali kulitnya gosong, kemudian diganti dengan kulit yang baru, agar ia betul-betul merasakan siksa-Nya, sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisaa:56)

Adapun orang-orang beriman, wajah-wajah mereka tidak akan disentuh oleh api neraka, dan anggota sujud mereka juga tidak akan dibakar api neraka, karena Allah telah mengharamkan neraka untuk membakar anggota-anggota sujud.12

Arti ucapan beliau: "mereka tidak akan kekal didalamnya seperti orang kafir". Orang-orang kafir kekal di neraka dan tidak akan dikeluarkan selama-lamanya, sedangkan pelaku dosa-dosa besar dikalangan mukminin tidak akan kekal di neraka (jika masuk).

Makna ucapan beliau: "tidak akan celaka seperti celakanya orang kafir". Bahwasanya orang-orang kafir putus asa untuk mendapat rahmat Allah, mereka juga tidak mempunyai harapan sama sekali untuk senang. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tidak putus-putusnya mengharap rahmat Allah disetiap keadaan. Karena pada akhirnya seorang mukmin akan masuk surga, karena mereka diciptakan untuk masuk surga dan surga diciptakan untuk menjadi miliknya, sebagai keutamaan dan karunia dari Allah 'azza wa jalla
12 Dalilnya sabda Nabi shallallahu'alaihi wa sallam:

"Allah mengharamkan bagi api nereka untuk menjilat bekas-bekas sujud. "(HR. Bukhari) dan lainnya
Sumber : Asy-Syaikh Al-Imam Abu Utsman Isma'il Ash-Shabuni

CIRI-CIRI AHLI BID'AH

Ciri-ciri ahli bid'ah sangat jelas dan terang, yang paling menonjol diantaranya adalah: kebencian mereka kepada para pembawa riwayat hadits, merendahkannya, dan menggelarinya dengan: penghafal catatan kaki, orang-orang dungu, orang-orang tekstual atau musyabihah (orang-orang yang menyamakan sifat Allah dengan sifat makhluk). Mereka meyakini adanya makna bathin dari hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga mereka menafsirkan hanya dengan otak mereka yang telah dirusak oleh syaitan, hati nurani mereka teleh rusak, dan argumentasi dan pemikiran mereka sangat rancu dan berantakan. Allah berfirman:
Artinya:
"Mereka itulah orang-orang yang dilaknati oleh Allah dan ditulikan telinganya dan dibutakan penglihatan mereka." (Muhammad:23).
Ahmad bin Sinan Al-Qaththan berkata: "Di kolong langit ini, tidak seorangpun ahli bid'ah yang tidak membenci ahli hadits, karena ketika orang itu telah berbuat bid'ah maka ia akan kehilangan kemanisan ilmu hadits dalam hatinya".

Abu Hatim Muhammad bin Idris Al-Hanzali Ar-Razi berkata: "Ciri-ciri ahli bid'ah yaitu suka mengolok-olok ahlu atsar (ahli hadits), dan termasuk ciri-ciri orang zindiq (munafiq) yaitu suka menggelari ahli atsar sebagai penghafal catatan kaki, yang mereka inginkan adalah membatalkan atsar sebagai sumber hukum.

Termasuk ciri-ciri qadariyah (orang-orang yang mengingkari adanya takdir) adalah menggelari ahlus sunnah dengan jabariyah (orang-orang yang bergantung kepada takdir dan meninggalkan usaha).

Diantara ciri-ciri jahmiyyah (orang-orang yang mengingkari nama-nama dan sifat Allah) adalah menggelari ahlus sunnah dengan sebutan musyabihah (orang-orang yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk).

Diantara ciri-ciri rafidhah (syiah) adalah menggelari ahlus sunnah dengan sebutan nabithah dan nashibah (orang-orang yang membenci ahli bait).

Abu 'Utsman berkata: "Saya melihat bahwa ahli bid'ah yang menggelari ahlus sunnah [namun dengan karunia dari Allah, tuduhan tersebut tidaklah benar dan tidak pantas disandarkan kepada ahlus sunnah] mereka (ahli bid'ah) mengikuti jalannya musrikin [semoga Allah melaknat mereka] yang menggelari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan gelar-gelar yang tidak pantas. Diantaranya ada yang menggelari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai tukang sihir, dukun, ahli sya'ir, orang gila, orang kesurupan, pembohong, tukang nyleneh dan lain sebagainya. Padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat jauh dari semua 'aib tersebut. Beliau adalah Nabi dan Rasul yang terpilih. Allah berfirman:
Artinya :
"Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu)." (Al-Furqan:9).
Demikian juga halnya dengan ahlu hadits yang diberi gelar-gelar buruk oleh ahli bid'ah padahal ahlu hadits sangat jauh dan bersih dari celaan tersebut. Ahlu hadits adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah yang bersih, sistem kehidupan yang diridhai oleh Allah ta'ala, jalan-jalan yang lurus dan hujjah yang kokoh.

Allah telah menganugrahi ahlu hadits untuk dapat meneladani apa yang terdapat dalam kitab-Nya, wahyu-Nya dan firman-Nya, meneladani Rasul-Nya dalam setiap hadits dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk berlaku baik, dalam ucapan dan perbuatan serta mencegah mereka untuk berbuat kemungkaran.

Allah juga menolong ahlu hadits untuk dapat berpegang teguh dengan sistem kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Allah-pun menjadikan mereka sebagai pengikut para wali yang terdekat. Allah juga melapangkan dada mereka untuk mencintai beliau, mencintai para ulama umat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.
Sumber : Asy-Syaikh Al-Imam Abu Utsman Isma'il Ash-Shabuni

Minggu, 07 Juni 2009

Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama

Di jaman ini, sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk pandangan paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada masyarakat. Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama berpandangan bahwa "Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses evolusi," hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut. Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam memahami teori evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis yang penting yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam dan fakta adanya penciptaan.

Dogma dasar Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara spontan sebagai akibat peristiwa kebetulan. Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan keyakinan terhadap adanya penciptaan alam oleh Allah.

Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka mengatakan: "Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan semua makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain; apa salahnya menolak hal ini?" Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal yang sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para pendukung evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis) bukanlah terletak pada pertanyaan apakah "makhluk hidup muncul masing-masing secara terpisah atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan yang pokok adalah "apakah makhluk hidup muncul menjadi ada dengan sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa alam, atau apakah makhluk hidup tersebut diciptakan secara sengaja?"

Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa senyawa-senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam yang terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang biasa yang sempat membaca dan mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa inilah yang menjadi dasar klaim kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori yang tidak masuk akal. Dia mengatakan apa arti dari konsep "kebetulan" bagi para evolusionis:

"…'[Konsep] kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang sangat dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini secara diam-diam telah disembah." (Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)

Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang terjadi secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang melibatkan waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.

Pernyataan tentang "adanya kebetulan" yang dikemukakan teori evolusi dibantah oleh ilmu pengetahuan.

Fakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa "kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan fenomena alamiah." Ini dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep "kebetulan."
Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini sudah pasti merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak tertandingi, serta ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.

Usaha para evolusionis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan menggunakan konsep kebetulan telah dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20. Bahkan kini, di abad 21, mereka telah mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca buku Blunders of Evolutionists, karya Harun Yahya, terbitan Vural Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja menolak adanya penciptaan oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah adanya keyakinan buta terhadap atheisme.

Allah tidak menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi

Oleh karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah "melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan." Di sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin. Logika keliru yang mengatakan bahwa "Makhluk hidup mungkin saja diciptakan melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain" sebenarnya masih berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup berlangsung.

Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita bisa mengatakan bahwa, "Allah menciptakan kehidupan melalui proses evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah reptil menjadi burung dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga pada akhirnya kedua makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang dipenuhi oleh contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk yang lain - jika hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu bukti lain yang menunjukkan penciptaan.

Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti ilmiah (terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara saling berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan bentuk sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup yang berbeda satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam bentuknya yang telah sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang mirip dengan bentuk-bentuk mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari reptil, dan ikan tidak berevolusi menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk hidup diciptakan masing-masing secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas. Bahkan para evolusionis yang paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima kenyataan tersebut dan mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta penciptaan. Misalnya, seorang ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki mengaku sebagaimana berikut:

"Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba, dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan (Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's, 19 January 1981, p. 56)

Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika dan anatomi perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi tidak lah benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba dalam bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah menggunakan proses evolusi dalam penciptaan. Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup masing-masing secara khusus dan terpisah, dan pada saat yang sama, dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah fakta yang nyata dan pasti.

Kesimpulan
Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti agama yang telah menyebabkan tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme, komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari bahayanya.

© Harun Yahya Internasional 2004. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com

Ajaran Islam Menyelesaikan Permasalahan

Seseorang yang menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip dalam Al Qur'an selalu sanggup menyelesaikan permasalahan hidupnya dan senantiasa bertindak bijaksana. Demikianlah, orang yang hidup dengan prinsip tersebut tak pernah merasakan frustasi, bagaimana pun rumit keadaan yang dihadapi. Karena itulah, dalam masyarakat yang menjunjung tinggi ajaran agama, tak seorang pun dari mereka yang tak dapat menyelesaikan masalahnya.

Ketika nilai agama tidak ditegakkan, manusia tidak menunjukkan kemanusiaannya. Permasalahan sederhana sekalipun, tidak akan terselesaikan secara bijaksana dalam masyarakat tak beragama. Masyarakat demikian mengahadapi kesukaran terus-menerus sepanjang hidupnya. Jangankan mencari penyelesaian, justru mereka mencari masalah dalam kesehariannya, seolah-olah itu adalah malapetaka yang tak mungkin terselesaikan. Karena tak sanggup menyelesaikan masalah yang bertubi-tubi dalam setiap segi kehidupannya, mereka kemudian berputus asa dan menggugat. Sementara itu, karena gagal mempertahankan alasan, mereka tak mendapatkan satu pun pemecahan. Bahkan jika mereka mendapatkannya, hal itu terbukti tidak rasional, karena yang mereka dapatkan berasal dari pemikiran dangkal.

Alasan utama mengapa konflik senantiasa tak terselesaiakan dalam masyarakat yang jauh dari agama adalah anggota masyarakat sendiri tidak mampu menyelesaikan persoalan pribadinya. Seseorang yang tidak menyandarkan dirinya pada prinsip-prinsip Islam akan mengatasi persoalannya dengan cara-cara mereka sendiri. Dalam hal ini, dia berusaha memuaskan diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang banyak. Dalam setiap tindakannya, dia tak mau menghadapi resiko, dan tak mau menghabiskan tenaga dan biaya, atau mengambil tanggung jawab yang bermanfaat bagi kepentingan orang lain.

Bahkan hal sepele yang gampang diatasi menjadi teka-teki baginya. Setiap orang ingin mempengaruhi orang lain, bertindak menjilat atasannya, ingin kedudukannya diakui, atau paling tidak ingin menjadi orang yang selalu memberi "kata akhir" atau keputusan. Kepribadian yang demikian menyebabkan orang lain tak bisa memberikan sumbang sih pemikiran. Alasan dibalik kedunguan orang yang tak mau hidup dengan prinsip-prinsip agama yang ingin membawa kesimpulan yang memuaskan dinyatakan dalam ayat berikut ini:

… Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka terpecah belah. Yang demikiann itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. Al-Hasyr: 14).

Contoh paling sering terlihat dalam program diskusi terbuka yang ditayangkan di televisi. Peserta mendiskusikan suatu hal selama berjam-jam. Karena setiap orang cenderung mengeluarkan bantahan, didapatlah ketidaksepakatan yang bersifat umum. Para peserta barangkali membenarkan pemikiran lawan bicaranya, akan tetapi kesombongan mencegah mereka mengakuinya, dan yang paling penting bagi mereka semata-mata menunjukkan perlawanan. Hal ini dikarenakan, yang sesungguhnya ingin dicapai bukanlah kebenaran, akan tetapi menjadi orang yang memberikan keputusan akhir. Yang mengherankan, selama diskusi, berbagai masalah, konflik dan perbedaan cenderung meningkat. Sesungguhnya, dari awal mereka memang tak berniat untuk menemukan solusi. Mereka membangun dan bernaung dalam kesombongan philosophi, berpedoman bahwa materi sesungguhnya adalah berdiskusi, berekspresi, dan mengubah cara pandang orang. Mereka berpikir bahwa wajar saja ketika tidak mendapati solusi setelah bediskusi berjam-jam.

Orang-orang beriman, menyadari bahwa Allah memperhitungkan segala sesuatu, mengharuskan orang bertindak bijaksana dan hati-hati dalam setiap keadaan. Mereka membuat keputusan paling tepat dan menemukan solusi terbaik. Mereka dapat memutuskan segala permasalahan dengan cepat tanpa terhalang apapun, karena mereka dituntun oleh moral terbaik, tanggung jawab, dan kemampuan berpikir yang diilhami oleh ajaran Alqur'an. "Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka" (QS. Asy-Syuura: 38).

Setiap saat mereka mengambil pilihan yang paling diridloi Allah. Tak satupun hal yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran, meski barangkali itu berlawanan dengan kepentingan atau kepuasan pribadi mereka.

Dengan hanya mengabdi pada Allah dan mengharap imbalan hanya dari-Nya, orang mukmin tak pernah mencari pengakuan dari orang lain, mencari gelar di mata manusia ataupun disanjung oleh mereka. Oleh karenanya, dalam setiap keputusan yang mereka ambil, mereka senantiasa menerima dukungan, bimbingan, ilham, dan hikmah dari Allah.

Orang beriman memiliki ketakutan dan ketundukan yang sangat pada aturan Allah, sehingga ia diberi "furqaan" untuk membedakan yang hak dan yang bathil (QS. Al-Anfal: 29) sehingga ia tiba pada keputusan yang tepat. Mereka pun akan mendapatkan "jalan keluar" (QS. Ath-Thalaq: 2) dan "kemudahan dalam segala urusan" (QS. Ath-Thalaq: 4).

© Harun Yahya Internasional 2004. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com

Bagaimana Memahami Ayat Allah di Alam Semesta ini

Dalam Al Qur'an dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-Nya.

Sebaliknya, ciri menonjol pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan bukti-bukti kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk golongan yang berakal, yaitu

"…orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imraan, 3:190-191)

Di banyak ayat dalam Al Qur'an, pernyataan seperti, "Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?", "terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal," memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara mendalam tentang tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh akan nikmat Allah ini:

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS. An- Nahl, 16:11)

Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat di atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.

Bagaimanakah sebutir biji mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah.

Pengkajian ini menyimpulkan bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih jenius daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan mengagumkan dalam apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan tersebut? Mungkinkah sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa?

Tak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat disebutkan:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (QS. Al-An'aam, 6:59).

Dialah Allah yang menciptakan biji-bijian dan menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan baru. Dalam ayat lain Allah menyatakan:
Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-An'aam, 6:95)

Biji hanyalah satu dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta. Ketika manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga dengan hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan "mengapa" dan "bagaimana", maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah bukti keberadaan dan kekuasaan Allah SWT.

© Harun Yahya Internasional 2004. Hak Cipta Terpelihara. Semua materi dapat disalin, dicetak dan disebarkan dengan mencantumkan sumber situs web ini info@harunyahya.com

KEUTAMAAN SHALAWAT DAN SALAM ATAS NABI SAW

Dari Abdullah bin Abu Thalhah dari ayahnya ra., ia berkata : Bawasanya Rasulullah saw. pada suatu hari datang dengan wajah gembira, lalu kami berkata : "Sesungguhnya kami melihat kegembiraan di wajah engkau". Beliau bersabda : "Sesungguhnya datanglah Malaikat kepadaku. Ia berkata : "Wahai Muhammad, bukankah menjadikan engkau ridha, bahwasanya tidaklah seseorang membaca shalawat (memohon rahmat) atasmu melainkan Aku melimpahkan rahmat atasnya sepuluh kalinya, dan tidak seorangpun memohon keselamatan atasmu, melainkan Aku mem­berikan keselamatan atasnya sepuluh kalinya". (Hadits ditakhrij oleh An Nasa'i)

KEMURAHAN ALLAH TA'ALA DALAM MELIPAT GANDAKAN PAHALA AMAL SALEH

Dari Abu Dzar ra. ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman : "Barangsiapa yang membawa kebaikan maka baginya sepuluh kalinya atau Aku tambah. Barangsiapa yang membawa keburukan maka balasan keburukan itu keburukan yang semisal dengannya atau Aku ampuni. Barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu sejengkal maka Aku mendekatkan Diri kepadanya satu hasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan diri kepadaKu satu hasta maka Aku mendekatkan Diri kepadanya satu depa. Barangsiapa yang datang kepadaKu berjalan, maka Aku mendatanginya dengan lari-lari kecil. Barangsiapa yang menemui Aku dengan kesalahan sepenuh bumi maka aku menemuinya dengan ampunan". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

KECINTAAN ALLAH TA'ALA TERHADAP HAMBANYA DAN PENGARUHNYA KEPADA KECINTAAN MAKHLUK

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril: "Sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah ia". Beliau bersabda: "Jibril memanggil di langit, kemudian turunlah kecintaan baginya oleh penduduk bumi. Itulah firman Allah :
"INNALLADZIINA AAMANUU WA 'AMILUSH SHAALIHAATI SAYAJALULAHUMURRAHMAANU WUDDAA "

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati mereka) rasa kasih sayang).
Apabila Allah membenci seseorang hamba maka Allah memanggil Jibril : "Sesungguhnya Aku membenci Fulan dan dikumandangkan panggilan di langit; kemudian turunlah kebencian terhadapnya oleh penduduk bumi". (Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).

Jumat, 13 Maret 2009

Jadikanlah Shalat dan Sabar Sebagai Penolong mu

Jadikanlah Shalat dan sabar sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)
Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah, namun kita (mungkin hanya saya), malah sering lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada Allh SWT.
Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk dan taat, bahkan kepada orang-orang yang membangkang pun dengan segala kesombongannya, Allah masih tetapi memberikan nikmat tiada tara.
Mungkin kita perlu membenahi shalat kita, agar sesuai dengan syariat dan menjalankannya dengan penuh kekhusyuan. Kita seharusnya malu jika masih setengah-setengah menjalankan shalat, mengabaikannya, tidak peduli apakah shalat kita sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban.
Sudahkah shalat kita sesuai syariat?
Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Marilah kita bertanya, apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah Anda ayat atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratur ihram kita itu sudah benar? Jika kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama terpercaya.
Inspirasi buat saya, meski sudah seperempat abad saya shalat, saya harus tetap mempelajari bagaimana cara shalat yang benar. Saya harus membaca buku dan bertanya, bagaimana shalat yang benar, dengan mengetahui dalil-dalil yang membuktikan kebenaran tersebut.
Sudahkah shalat kita khusyu’?
Shalat yang khusyu adalah shalat yang dikerjakan dalam nuansa harap, cemas, dan cinta, serta dengan takbir yang sempurna, lantunan ayat yang tartil, ruku’ dengan tawadhu, sujud dengan diliputi kerendahan hati dan keikhlasan. Tentu tidak lupa harus sesuai dengan syariat. Sebagai tip agar shalat kita lebih khusyu’ ialah dengan menganggap bahwa shalat yang kita lakukan adalah shalat yang terakhir, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,

Jika kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah sperti shalatnya orang-orang yang akan berpisah (meninggal). (HR Ibnu Majah).
Subhanallah. Allah sudah menyediakan suatu solusi kepada kita, untuk setiap masalah yang dihadapi. Cara yang lengkap, bukan hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya dengan baik yang benar. Masihkah kita takut dengan masalah? Masihkah kita menghindari masalah? Masihkan kita frustasi dengan masalah? Padahal Allah SWT sudah memberikan solusi bagi kita?

Jalani hidup. Hadapi masalah. Jangan menjadi pengecut sehingga kita tidak berkarya, tidak mencoba berbuat sesuatu yang besar karena takut masalah menghadap kita. Banyak pemuda yang enggan menikah karena alasan belum siap, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT. Banyak orang yang tidak mau memikul beban dakwah, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT.
Saat Rasulullah saw dan para sahabat hijrah, mereka meninggalkan kampung halaman, meninggal harta benda, dan meninggalkan keluarga. Mereka mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu, masalah bisa saja muncul baik saat hijrah dan setelahnya. Tetapi mereka tetap menjalaninya, karena mereka yakin masalah yang akan ditemui, Allah SWT sudah menyiapkan solusinya.
Rasulullah saw selalu menjadikan shalat sebagai solusi berbagai masalah seperti yang kita baca dalam berbagai riwayat. Hudzaifa bin Al Yaman menceritakan, “Jika Rasulullah saw ditimpa sebuah kesulitan beliau bersegera melaksanakan shalat.” Begitu juga yang diriwayatkan oleh Haritsah bin Madhrib, “Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Kamu melihat kami dan segala keadaan kami pada malam perang Badar kecuali Rasulullah saw, beliau mengerjakan shalat dan berdo’a hingga datang waktu subuh."

Sering kali saya mendengar jika seseorang sakit dia seolah-olah ada alasan untuk tidak shalat. Padahal justru shalat bisa mengobati penyakit, seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saat dirinya sedang sakit perut. Rasulullah saw. bertanya, “Apa kamu sakit perut?” Ia menjawab. “Benar.” Beliau bersabda, “Berdirilah dam kerjakan shalat. Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat kesembuhan.”

Allahuakbar. Marilah kita hadapi hidup dengan tegar. Biarkan masalah datang, tidak usah kita hindari apa lagi lari dari masalah. Saat kita lari dari masalah, sebenarnya hanya menuju ke masalah yang lain yang mungkin saja lebih besar dari masalah yang kita hadapi saat ini. Kita sudah memiliki solusi dari setiap masalah yang muncul yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Marilah jalani hidup dengan lebih semangat dan optimis. Tidak ada alasan untuk tidak.
Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….
Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha! Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang bisa saja membuat kita frustasi.
Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,

Usaha/jihad + sabar = pertolongan Allah SWT

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali 'Imraan: 200)

Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah? Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.

Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup. Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.

Sumber : http://www.motivasi-islami.com

PERANAN WANITA DAN KEBANGKITAN UMMAT ISLAM MASA KINI

Pertanyaan:
Apakah benar ada masa kebangkitan bagi ummat Islam? Jika ada, bagaimana peranan wanita dalam Islam secara umum dan pandangan terhadap wanita karier, dan bagi yang berpendidikan tinggi pada khususnya?
Jawab:
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa kita hidup dalam era kebangkitan Islam, setelah sekian lama kaum Muslimin berada dalam keadaan tidak sadar dan lelap dalam tidurnya yang berkepanjangan, seperti halnya kaum Kahfi, dimana musuh-musuh mereka mengintervensi dari Barat, Timur, Selatan dan Utara. Kemudian menjajah dan menguasainya, sehingga dengan mudah menjatuhkan mereka dari agamanya, yaitu Islam. Lalu diganti secara paksa peraturan-peraturan baru, hukum-hukum baru, baik dalam masalah politik maupun sosial.
Hal-hal yang demikian itu terjadi pada saat kaum Muslimin dalam keadaan tidak sadar. Kemudian berkat perjuangan ahli-ahli fiqih dan dakwah, maka terjadilah pembaruan untuk membangun pusat dakwah Islamiah dan perorangan di mana-mana.
Dengan takdir Allah, maka terjadilah kebangkitan ummat Islam. Hal ini sudah biasa bagi ummat Islam dan sesuai dengan sifatnya, bahwa ummat Islam tidak mungkin mati selamanya, tanpa bangkit kembali. Karenanya, agama yang hidup mengharuskan ummatnya hidup; dan Allah swt. dalam setiap masa selalu mengangkat seseorang, untuk membawa keharuman agama bagi ummatnya.
Dalam setiap masa selalu timbul di tengah-tengah ummat Islam, orang-orang yang membela kebenaran, walau bahaya menentangnya, sampai datangnya hari Kiamat. Maka dari itu, keluarlah suara-suara untuk mengajak bagi ditegakkannya kebenaran dan dipraktekkannya agama Islam secara utuh serta pembaruan, sebagaimana dapat dirasakan seperti sekarang ini.
Sebenarnya, kebangkitan ini meliputi semua aspek. Sebagian orang mengira di saat permulaan hanya suara saja yang timbul, disebabkan oleh perasaan dan semangat. Sementara kenyataan menjadi sebaliknya, setiap waktu bertambah kuat semangat yang menyala, perasaan yang hidup dalam kesadaran pada agama tersebut, dan kebangkitan berdasarkan pikiran yang sehat, setelah lama hidup jauh dari kemurnian dan kebenarannya. Sadar akan akibat dan keadilannya di segala bidang.
Sungguh telah berubah semua perasaan dan simpatik, yang dulunya di bawah naungan gerakan Nasionalisme dan Sosialisme, serta lain-lainnya, dari aliran yang bertentangaan dengan agama. Maka, pikiran-pikiran yang semula dipengaruhi oleh paham-paham yang bukan bersumber pada Islam, karena belum paham terhadap Islam, sekarang ini mereka sadar akan kebenaran dan kemurnian dari ajaran Islam. Mereka paham bahwa Islam itu bukan ibadat saja, tetapi menyangkut segi akidah, akhlak yang luhur, muamalah (jual-beli) yang baik, dan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Bahkan Islam itu adalah amanat dan risalah yang dapat mengatur kehidupan manusia sebelum lahirnya manusia, sesudah lahir, ketika masih berupa janin, di waktu hidup dan ketika mati. Begitu juga di waktu bangkit kembali.
Kebangkitan ini termasuk kebangkitan berpikir. Kita telah melihat buku-buku yang telah ditulis oleh ahli-ahli pikirdan penulis-penulis terkenal. Di mana-mana, terutama di perpustakaan, penuh dengan bermacam-macam buku yang dibaca para generasi muda Islam, mulai dari yang berpendidikan rendah sampai yang berpendidikan tinggi, mereka mempelajarinya secara mendalam.
Adapun masa kemunduran dan bekunya pikiran adalah disebabkan oleh banyak hal, diantaranya ialah:
Pada masa itu banyak pikiran-pikiran yang condong dan menganggap harus ikut peradaban Barat di segala bidang.
Tiada jalan bagi kemajuan, kecuali mengambil peradaban Barat secara keseluruhan, baik, buruk, pahit dan manis. Sehingga para simpatisan giat mencari dalil untuk menguatkan kedudukan dan peradaban orang asing; bahkan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan mereka, dicela dan dianggap tidak sempurna, misalnya dalam masalah talak, riba, poligami dan sebagainya.
Sekarang ini lain halnya, semua masalah dihadapi dengan bahasa ilmiah dan pikiran yang sehat, walaupun mereka dalam masa kemajuan telah mencapai bulan dan dengan mudah manusia dapat menikmati hidup yang mewah, tetapi mereka gagal dalam membina ketenangan jiwanya. Mereka hanya memperhatikan sarana bagi sesuatu, tetapi mereka mengabaikan tujuan luhur dari kehidupan ini, dan itu hanya bisa diarahkan oleh Islam.
MASALAH YANG TIDAK DAPAT DIJAWAB
Peradaban masyarakat Barat tidak dapat menjawab pertanyaan berikut ini: Untuk apakah manusia ini hidup, dari mana dan hendak ke mana mereka pergi?
Peradaban Barat tidak dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia. Maka Islamlah satu-satunya agama alternatif yang dapat mengungkapkan kelemahan dan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan yang menuju ke arah kesejahteraan di dunia maupun di akhirat. Islamlah yang dapat menjawab dan memecahkan semua permasalahan, baik masalah politik, sosial dan lainnya.
PERANAN KAUM INTELEKTUAL
Perhatian akan masalah-masalah Islam tidak saja terbatas kepada orang-orang berusia lanjut, bahkan tampak lebih besar perhatian semangatnya di kalangan para pelajar dan ilmuwannya, baik laki-laki maupun wanita. Mereka giat mempelajari masalah-masalah Islam dan mempraktekkannya di masjid dan tempat-tempat ibadat lainnya yang selalu dipenuhi oleh segenap lapisan ummat Islam.
PERANAN WANITA
Jika kita membaca Al-Qur'an, maka dapat kita ketahui bahwa penciptaan Nabi Adam as. bersamaan dengan ibu Hawa, yang berfungsi sebagai istri dan kawan hidup beliau.
Kita mengetahui kisah istri Fir'aun, yang dapat mencegah Fir'aun dalam niatnya untuk membunuh Nabi Musa as. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah swt.:
"Dan berkatalah istri Fir'aun, '(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak menyadari." (Q.s. Al-Qashash: 9).
Kita simak kisah dimana ada dua wanita di kota Madyan, keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir, yang diberi air minum oleh Nabi Musa as. Kemudian kedua wanita tersebut mengusulkan kepada ayahnya, supaya memberi pekerjaan kepada Nabi Musa as. karena beliau memiliki amanat (dapat dipercaya) dan fisiknya kuat. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah swt.:
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, 'Wahai Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (kepada kita), karena sesungguhnya orang yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya'." (Q.s. Al-Qashash: 26).
Kita simak lagi kisah ratu Balqis di negeri Yaman, yang terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah menerima surat dari Nabi Sulaiman as. yang isinya seruan untuk taat kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia meminta pendapat kepada kaumnya dan bermusyawarah untuk mengambil sebuah putusan bersama.
Firman Allah swt.:
"Berkata dia (Balqis), 'Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).' Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar hiasa (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah yang akan kamu perintahkan'." (Q.s. An-Naml: 32-3).
Kemudian dia berkata, sebagaimana yang telah difirmankan Allah swt.:
"Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang terhormat jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat." (Q.s. An-Naml: 34).
Kesimpulan dari pendapat ratu tersebut ialah bahwa penguasa-penguasa di dunia ini jika mereka hendak menguasai suatu negeri, maka mereka akan merusak dua hal, yaitu merusak negara dan moral penduduknya.
Oleh karena itu, di dalam Al-Qur'an telah disebutkan nama-nama wanita selain wanita-wanita yang tersebut di atas, yang ada hubungannya dengan kisahnya masing-masing. Misalnya, ibu Nabi Isa as, Maryam Al-Batul.
PERANAN WANITA PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Adapun peranan wanita pada masa hidupnya Nabi Muhammad saw. yang kita kenal ialah yang memelihara Nabi saw, yaitu Aminah ibu beliau; yang menyusuinya, Halima As-Sa'diyah; dan yang menjadi hadina (pengasuh) bagi beliau, Ummu Aiman r.a. dari Habasyah.
Nabi saw. telah bersabda, "Bahwa dia adalah ibuku setelah ibuku sendiri.
" Kemudian kita kenal Siti Khadijah binti Khuwailid r.a, wanita pertama yang beriman dan membantunya, Siti Aisyah, Ummu Salamah, dan lain-lainnya, dari Ummahaatul Mukmtniin (ibu dari kaum Mukmin), istri-istri Nabi, dan istri-istri para sahabat Rasulullah saw.
AKTIVITAS WANITA MASA KINI
Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas meliputi berbagai bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam.
Wanita Muslimat mempunyai kewajiban untuk memperkuat hubungannya dengan Allah dan menyucikan pikiran serta wataknya dari sisa-sisa pengaruh pikiran Barat.
Harus mengetahui cara menangkis serangan-serangan kebatilan dan syubuhat terhadap Islam.
Harus diketahui dan disadari hal-hal yang melatarbelakanginya, mengapa dia harus menerima separuh dari bagian yang diterima oleh kaum laki-laki dalam masalah hak waris? Mengapa saksi seorang wanita itu dianggap separuh dari laki-laki? Juga harus memahami hakikatnya, sehingga iman dan Islamnya bersih, tiada keraguan lagi yang menyelimuti benak dan pikirannya.
Dia harus menjalankan secara keseluruhan mengenai akhlak dan perilakunya, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Islam. Tidak boleh terpengaruh oleh sikap dan perilaku wanita non-Muslim atau berpaham Barat. Karena mereka bebas dari pikiran dan peraturan-peraturan sebagaimana yang ada pada agama Islam. Mereka tidak terikat pada perkara halal dan haram, baik dan buruk.
Banyak diantara kaum wanita yang meniru mereka secara buta, misalnya memanjangkan kuku yang menyerupai binatang buas, pakaian mini, tipis (transparan), atau setengah telanjang, dan sebagainya. Cara yang demikian itu adalah meniru orang yang buta akan hal-hal terlarang.
Nabi saw. telah bersabda:
"Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian dan berkata, 'Aku ikut saja seperti orang-orang itu. Jika mereka baik, aku pun baik; jika mereka jahat, aku pun jadi jahat.' Tetapi teguhkan hatimu dengan keputusan bahwa jika orang-orang melakukan kebaikan, maka aku akan mengerjakannya; dan jika orang-orang melakukan kejahatan, maka aku tidak akan mengerjakan."
PERANAN WANITA DALAM KELUARGANYA
Di dalam Al-Qur'an telah ditetapkan, semua penetapan dan perintah ditujukan kepada kedua pihak, laki-laki dan wanita, kecuali yang khusus bagi salah satu dari keduanya. Maka, kewajiban bagi kaum wanita di dalam keluarganya ialah menjalankan apa yang diwajibkan baginya.
Jika dia sebagai anak, kemudian kedua orangtuanya atau salah satunya menyimpang dari batas yang telah ditentukan oleh agama, maka dengan cara yang sopan dan bijaksana, dia harus mengajak kedua orangtuanya kembali ke jalan yang baik, yang telah menjadi tujuan agama, disamping tetap menghormati kedua orangtua.
Wajib bagi setiap wanita (para istri), yaitu membantu suaminya dalam menjalankan perintah agama, mencari rezeki yang halal, menerima dan mensyukuri yang dimilikinya dengan penuh kesabaran, dan sebagainya.
Wajib pula bagi setiap ibu, mengajar anak-anaknya taat kepada Allah, yakni dengan menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya, serta taat kepada kedua orangtuanya.
Kewajiban bagi setiap wanita terhadap kawan-kawannya yang seagama, yaitu menganjurkan untuk membersihkan akidah dan tauhidnya dari pengaruh di luar Islam; menjauhi paham-paham yang bersifat merusak dan menghancurkan sendi-sendi Islam dan akhlak yang luhur, yang diterimanya melalui buku, majalah, film, dan sebagainya.
Dengan adanya tindakan-tindakan di luar Islam, yang ditimbulkan oleh sebagian kaum Muslimin terhadap wanita yang kurang bijaksana dan insaf, maka hal inilah yang menyebabkan terpengaruhnya mereka pada peradaban Barat dan paham-pahamnya.
Harus diakui, bahwa hak-hak wanita di sebagian masyarakat Islam belum diberikan secara penuh.
Harus diketahui pula, bahwa suara pertama dari kaum wanita dalam menguatkan dakwah dan risalah Muhammad saw. ialah suara Khadijah binti Khuwailid r.a. kepada Rasulullah saw.:
"Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakan engkau sama sekali. Sesungguhnya engkau bersilaturrahmi, menghubungi keluarga dan mengangkat beban berat, memberi kepada orang yang tidak punya, menerima dan memberi (menghormati) kepada tamu, serta menolong orang-orang yang menderita.
" Orang pertama yang berperan sebagai syuhada ialah Ummu Amr binti Yasir Ibnu Amar yang bernama Samiah, dia bersama suaminya disiksa, agar mereka keluar dari agama Islam. Tetapi mereka tetap bertahan dan sabar, sehingga dia mati syahid bersama suaminya.
Ketika Rasulullah saw. melintasi mereka, dan melihat mereka dalam keadaan disiksa, lalu Rasulullah saw. berkata kepada mereka, "Sabarlah wahai Al-Yasir, sesungguhnya kita nanti akan bertemu di surga.
Keterangan:
Artikel ini merupakan artikel lepas yang ditulis oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Dikutip dari Majalah "Al-Ummah," no. 66, Pebruari 1986, hlm. 40-5. Dimuatnya artikel ini menurut hemat kami amat layak. (Penerjemah).

HUSNUZH ZHAN (BAIK SANGKA) KEPADA ALLAH TA'ALA

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Nabi saw. bersabda : "Allah Ta'ala berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. (Hadits ditakhrij oleh Turmidzi).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : Allah swt. berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari padanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh At Turmidzi).
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw, bersabda : "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman : "Aku bersama hambaKu apabila ia ingat kepadaKu dan kedua bibirnya bergerak (mengucapkan dzikir) kepadaKu". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasuulullah saw. bersabda : "Allah swt. berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku ingat kepadanya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang banyak maka Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari padanya. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil''. (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

YANG PERTAMA KALI DIHISAB PADA HARI KIAMAT ADALAH SHALAT

Dari Huraits bin Qabishah, ia berkata : Saya sampai di Madinah. Ia berkata : "Wahai Allah mudahkanlah bagiku (mendapat) teman duduk yang baik. Lalu saya duduk kepada Abu Hurairah ra. Ia berkata : Saya berkata : "Saya berdo'a kepada Tuhan (Allah) Yang Maha Mulia dan Maha Besar -untuk memudahkan bagiku teman duduk yang baik, maka sampaikanlah kepadaKu hadits yang kamu dengar dari Rasulullah saw.- Semoga Allah memberi manfaat kepadaku dengan itu". Ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Sesungguhnya sesuatu yang paling dulu dihisab pada hamba adalah shalatnya. Jika shalat itu baik maka ia telah menang dan sukses. Jika shalatnya rusak maka ia telah merugi". Hammam berkata : Saya tidak tahu, ini dari perkataan Qatadah atau riwavat. Jika dari fardhunya ada kekurangan-kekurangan, Allah berfirman : "Lihatlah, apakah hambaKu mempunyai shalat sunnat, maka fardhu yang kurang itu dapat disempurnakan. Kemudian demikian itu caranya dalam menghisab seluruh amalnya". (Hadits ditakhrij oleh An Nasa'i).
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda : "Sesuatu yang pertama kali diperhitungkan pada hamba adalah shalatnya, jika ia menyempurnakannya. Jika tidak (sempurna) maka Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Lihatlah apakah hambaKu mempunyai (shalat) sunat ?". Jika kedapatan padanya (shalat) sunat, maka Allah berfirman : "Sempurnakanlah fardhu itu dengannya". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Dari Tamim ad Dari ra. dari Nabi saw, beliau bersabda : "Sesuatu yang pertama diperhitungkan pada hamba di hari Qiyamat adalah shalatnya. Jika ia menyempurnakannya maka dicatat baginya shalat sunatnya. Jika ia tidak menyempurnakannya maka Allah Yang Maha Suci berfirman kepada para malaikatNya : "Lihatlah apakah kamu menjumpai shalat sunat bagi hambaKu ? maka sempurnakanlah dengannya fardhu yang disia-siakannya. Kemudian amal-amalnya diambil menurut perhitungan itu". (Hadits ditakhrij oleh Abu Daud).
Dari Anas bin Hakim Adh Dhabi -ia samar dari Ziyad atau Ibnu Ziyad dia datang di Madinah dan bertemu dengan AburHurairah berkata: Ia minta dijelaskan keturunanku, maka saya menunjukkan nasabku : Abu Hurairah berkata : "Hai pemuda, maukah saya ceritakan hadits kepadamu ?". Saya menjawab : "Baiklah, semoga Allah memberikan rahmat kepadamu". Yunus berkata : "Sava mendengar ia menuturkannya dari Nabi saw. bersabda : "Sesunguhnva amal-amal hamba yang pertama kali diperhitungkan pada hari Qiyamat adalah shalat". Beliau bersabda: Tuhan kami Yang Maha Besar dan Maha Mulia berfirman kepada para malaikatNya -padahal Dia lebih mengetahui : "Lihatlah shalat hambaKu, ia menyempurnakan atau mengurangi. Jika shalat itu sempurna maka dicatatlah kesempurnaan baginya. Jika ia mempunyai shalat sunat maka Allah berfirman : "Sempurnakanlah bagi hambaKu akan fardhunya dari sunatnva". Kemudian amal-amal itu diambil seperti itu. (Hadits ditakhrij oleh Abu Dawud).
Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasululah saw. bersabda : "Tuhanku datang kepadaku dalam sebagus-bagus bentuk". Ia berkata : "Saya menduga beliau sedang tidur". Ia berkata : "Demikianlah dalam hadits". Tuhanku berfirman : "Hai Muhammad, tahukah kamu dalam hal apakah Al Malaul a'la (kelompok yang sempurna) itu bertengkar?".
Beliau bersabda : "Saya katakan "tidak". Beliau bersabda : "Maka Dia meletakkan tanganNya diatas kedua belikatku, sehingga Aku dapati kesejukannya sampai kedua susuku". Atau beliau bersabda : "Pada leherku, maka aku mengetahui apa yang dilangit dan di bumi".
Dia berfirman : "Hai Muhammad, tahukah kamu dalam hal apakah Al Malaul a'la (kelompok yang sempurna) itu bertengkar ?" Saya menjawab: "Ya". Dia berfirman : "Dalam penghapus, dalam penghapus yaitu diam di Masjid setelah shalat, berjalan kaki untuk jama'ah, menyempurnakan wudhu atas hal-hal yang tidak disenangi. Barangsiapa yang melakukan hal itu maka ia hidup dengan baik, dan mati dengan baik, dan dalam kesalahan seperti hari dilahirkan oleh ibunya. Dia berfirman : "Hai Muhammad, apabila kamu telah shalat maka ucapkanlah :
'ALLAAHUMMA AS ALUKA FI'LAL KHAIRATI WATARAL MUNKARAATI WAHUBBUL MASAA­KIINI WA IDZA ARADTA BI’IBAADIKA FITNATAN FAQBIDLNII ILAIKA GHAIRA MAFTUNIN"

(Wahai Allah, saya mohon kepadaMu perbuatan yang baik, meninggalkan kemungkaran, dan cinta pada orang-orang miskin. Apabila Engkau menghendaki fitnah pada hambaMu maka matikanlah saya olehMu tanpa-terfitnah".
Beliau bersabda : "Untuk derajat itu adalah menyiarkan salam, memberi makanan, shalat malam di kala manusia sedang tidur. (Hadits ditakhirij oleh Tirmidzi).

Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw., beliau bersabda : "Tuhanku datang kepadaku dalam, sebaik-baik bentuk dengan berfirman : "Wahai Muhammad", Aku menjawab : "Kami perkenankan Engkau wahai Tuhanku,' dan kebahagiaanMu".
Dia berfirman : "Dalam hal apakah Al Malaul a'la (kelompok yang tinggi) itu bertengkar ? Aku menjawab : "Wahai Tuhanku, aku tidak tahu". Lalu Dia meletakkan tanganNya di antara kedua tulang belikatku dan aku mendapatkan kesejukan di antara kedua susuku, lalu aku mengetahui apa yang di antara timur dan barat. Dia berfirman : "Hai Muhammad !". Aku menjawab : "Aku perkenankan panggilanMu, wahai Tuhanku dan kebahagiaanMu". Dia berfirman : "Dalam hal apakah kelompok vang tinggi itu bertengkar ?". Aku menjawab : "Dalam derajat dan penghapus, yaitu melangkah kaki untuk jama'ah, menyempurnakan wudhu atas hal-hal yang tidak disenangi dan menanti shalat setelah melakukan shalat. Barangsiapa vang menjaga hal itu maka ia hidup dengan baik dan mati dengan baik, dan dosanya seperti hari dilahirkan oleh ibunya". (Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

Dari Abdullah bin Amr yaitu Ibnu Ash ra., ia berkata : Kami shalat Maghrib bersama Rasulullah saw, orang yang pulang telah pulang dan masih duduklah orang yang berdo'a atau bermohon. Rasulullah saw. datang dengan segera dan nafas terengah-engah dan terbuka kedua lutut beliau seraya bersabda : "Bergembiralah, ini Tuhanmu telah membuka salah satu pintu langit, Dia bermegah-megahdengan kamu terhadap malaikat, seraya berfirman : "Lihatlah kepada menanti fardhu yang lain". (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).

Bersyukurlah kepada Allah SWT

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim:7)
Saat kehilangan sesuatu, saat mengalami kerugian, atau saat tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita terguncang sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak ternilai dari suatu kegagalan yang harusnya kita syukuri.
Padahal berdasarkan ayat diatas, jika kita mau bersyukur maka Allah menjanjikan akan menambah nikmat kita. Oleh karena itu kita seharusnya menysukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga harus mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun.
Ini adalah rahasia melipat gandakan nikmat kita. Saat kita berusaha, syukurilah nikmat yang kita dapatkan agar ditambah oleh Allah SWT. Jadi, tetaplah semangat meski hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil tersebut bisa menjadi besar. Sangat ironis, sudah kecil, tidak kita syukuri. Alangkah bodohnya orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah SWT.
Mereka sering menyangka bahwa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam bentuk materi yang jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita dapatkan itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak akan bisa. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran.
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS Ibrahim:34)"
Nikmatilah hidup, tetaplah semangat meski penghasilan kita kecil, karena kita bisa melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal, sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang ada pada diri kita.
Sumber : http://www.motivasi-islami.com

Beban yang di berikan oleh Allah SWT sesuai dengan kesanggupan kita

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah:286)
Kita sering merasa beban yang sedang kita alami adalah sangat berat, bahkan paling berat diantara beban yang dimiliki oleh orang lain. Orang cendrung suka menceritakan beban, kesulitan, atau masalahnya kepada orang sambil meyakinkan orang lain bahwa bebannya yang paling berat. Apa itu membantu? Menceritakan beban kepada orang terdekat atau yang terpercaya mungkin akan meringankan, tetapi kalau ke banyak orang justru malah tidak baik.
Dari pada bercerita ke sana ke mari tentang beban kita, mengapa tidak bercerita dan mengadu kepada Allah SWT. Berdoalah:
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Allah SWT tidak pernah memberi beban yang melebihi kemampuan kita. Ini menurut Al Quran. Jadi bagaimana pun besarnya beban, kesulitan, dan masalah yang kita hadapi, yakinlah bahwa kita akan mampu melewatinya dan mengatasinya.
Ayat ini memberikan kekuatan kepada kita untuk lebih percaya diri dalam menjalani hidup ini. Kita percaya, bahwa diri kita sudah diberikan kekuatan untuk menghadapi masalah bagaimana pun beratnya menurut ukuran kita. Kita juga yakin, bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang melebih kemampuan kita.
Justru, saat kita mendapatkan masalah yang berat, sangat berat, bahkan paling berat dibanding masalah yang dihadapi orang, ini menunjukan bahwa kita memang memiliki kemampuan yang lebih. Seorang anak SD tentu hanya akan diberikan soal ujian untuk SD, sementara seorang mahasiswa akan mehadapi ujian untuk tingkat perguruan tinggi. Harusnya kita malu, jika kita menyerah dengan ujian yang kita hadapi. Jangan-jangan, ujian yang diberikan adalah untuk level SD, sementara orang lain menghadapi ujian level perguruan tinggi dan mereka mampu menghadapinya.

Sumber: http://www.motivasi-islami.com

Umat Muslim adalah umat yang terbaik

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali 'Imraan:110)
Allah SWT melalui Al Quran, menyatakan bahwa kita adalah umat yang terbaik. Oleh karena itu kita tidak perlu merasa minder dari umat-umat lain, meskipun saat ini umat lain cendrung lebih maju dari pada kita. Kita sebenarnya umat terbaik, memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, jika saat ini umat yang lain relatif lebih maju, artinya kita belum mengoptimalkan segenap potensi yang kita miliki.
Karena kita adalah umat yang terbaik, konsekuensinya kita harus menjadi pemimpin yang mengarahkan kepada kebaikan, kita harus meminpin dalam teknologi agar teknologi diarahkan untuk kebaikan. Kita harus memimpin dibidang informasi, agar informasi digunakan untuk kebaikan. Kita harus memimpin di bidang politik agar politik dimanfaatkan untuk kebaikan, dan kita harus memimpin di berbagai bidang lainnya agar bisa digunakan untuk kebaikan.
Kebaikan bukan hanya hasil bicara, kebaikan akan lebih nyata jika merupakan hasil kerja. Apa lagi hanya bicara kritik sana kritik sini seperti seorang calo, banyak ngomong tetapi dia sendiri hanya diam saja. Kita harus bergerak, bertindak, dan berbuat.

Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a., dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah dengan lisannya. Dan jika tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya. Ini merupakan amalan iman paling lemah.’” (HR Imam dan Muslim)
Sumber : http://www.motivasi-islami.com

Allah SWT memberi kemudahan

Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk:15)
Ternyata, Allah telah memudahkan kita untuk mendapatka rezekinya. Allah telah memberikan tuntunan dan motivasi kepada kita bahwa mencari rezeki itu tidak sulit. Salah satu tuntunannya ialah kita harus ingat bahwa hanya kepada Allah kita kembali setelah dibangkitkan. Artinya apa? Janganlah mencari harta menjadi tujuan hidup yang utama bagi kita. Jika kita menjadikan akhirat sebagai tujuan utama kita, insya Allah kita akan mudah mendapatkan rezeki, seperti yang difirman dalam ayat berikut:

…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu. (QS Ath Thalaq:2-3)

Dengan ayat-ayat tersebut, diri kita akan terbebas dari kegelisahan akan rezeki. Kita akan tetapberusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperolehnya. Jika Allah yang menjamin rezeki kita, kita tidak lagi perlu memohon dan meminta kepada manusia atau makhluq lainnya. Kita hanya memohon kepada Allah yang telah menjamin rezeki kita dan berusaha untuk menjemput rezeki tersebut.

Dunia ini sudah berlimpah dengan rezeki, kita tinggal menyebar dimuka bumi untuk mengambil kelimpahan tersebut dan Allah telah memudahkannya. Lalu mengapa terasa sulit? Bukan ayat ini yang salah, karena Al Quran tidak mungkin salah, yang salah ada pada diri kita, mungkin kita kurang giat mencarinya atau mungkin cara kita mencarinya masih salah. Atau jika kita sudah giat dan cara sudah benar, Allah sengaja menangguhkannya untuk menguji kita. Tetapi kita tidak pernah tahu, yang kita tahu adalah berdoa dan berusaha. Jika usaha kita kurang giat, maka tambahkan. Jika usaha kita masih salah, belajarlah baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman seseorang.
Sumber : http://www.motivasi-islami.com

Kamis, 12 Maret 2009

DO'A SAYYIDUL ISTIGHFAR

Astaghfirullaahal 'azhiim wa atuubu ilaih
Allaahumma anta robbi laa alaaha allaa anta khalqtanii wa anaa 'abduka, wa anaa 'alaa 'ahdika wawa'dik, mastatha'tu a'udzubika min syarri maa shona'tu abuu alaka bini'matika 'alayya, wa abuu-u bidzanbi faghfirlii, fa innahu yaghfiruz dzunuuba illaa anta.

Artinya :
Saya mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, dan bertaubat kepadan-Nya. Ya Allah, ya Tuhan-ku tidak ada Tuhan selain Engkau. yang telah menjadikan aku, dan aku adalah hamba-Mu, dan akupun dalam ketentuan-Mu serta janji-Mu apa yang dapat aku lakukan. Saya mohon perlindungan-Mu dari kejahatan apa saja yang saya lakukan, saya mengakui keni'matan yang telah Engkau limpahkan kepada saya, dan saya mengakui akan dosa saya, karena itu berilah ampunan kepada saya, maka sesungguhnya tidak ada yang memberi pengampunan kecuali Engkau. Amien...

Tata cara dalam Berdo'a kepada Allah SWT

Al-Qur'an memerintahkan kita agar memohon dan berdo'a kepada Allah SWT.

"Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari Menyembah-Ku akan masuk nerakah Jahannam dalam keadaan hina dina. Q.S. al-Mu'min: 60
Beberapa tata cara (adab) yang harus dipenuhi dalam berdo'a. Diantaranya :
1. Dimulai dengan membaca ta'awudz dan basmalah kemudian tahmid diiringi dengan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
2 Ditutup dengan memohon ampunan kepada Allah, memohon keselamatan di dunia dan akhirat kemudian membaca shalawat dan tahmid.
3. Dengan rendah hati dan suara lembut.
4. Dengan rasa takut dan penuh harap kepada Allah SWT.
5. Dengan sabar dan shalat.

Allah SWT. Berfirman :
"Minta tolonglah kamu dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. Q.S. al-Baqarah: 45
By. Aden

Rabu, 11 Maret 2009

DZIKIR DAN DO’A (Setelah Shalat 5 waktu)

ASTAGHFIRULLAHAL ‘ADHIIM ALLADZII LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYUL QOYYUM WA ATUUBU ILAIH. (baca 3X.)
Artinya: Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung yang Tiada Tuhan Selain Dia Yang Maha Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya) dan Aku bertaubat kepada-Nya.

LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYII WAYUMIITU WAHUA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QODIR. (baca 3X)
Artinya: Tiada Tuhan Selain Allah Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang mempunyai kerajaan (kekuasaan), Dialah yang berhak untuk di puji, Dialah yang menghidupkan dan Mematikan dan Dia berkehendak atas segala sesuatu.

ALLAHUMMA ANTASSALAM WAMINKASSALAM WA ILAIKA YA’UDUSSALAM FAHAYYINA ROBBANA BISSALAM WA ADKHILNALJANNATA DAROSSALAM TABAAROKTA ROBBANA WATA’ALAITA YADZAL JALALI WAL IKROM.
Artinya: Ya Allah, Engkau adalah kedamaian/keselamatan dan Dari-Mulah kedamaian/keselamatan dan Kepada-Mu lah kembalinya Kedamaian/keselamatan maka hidupkanlah kami Ya Allah dengan kedamaian/keselamatan dan masukkanlah kami ke dalam surga tempat yang damai. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi Wahai Tuhan Kami Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan.

ALLAHUMMA LAA MAANI’A LIMA A’THOITA WALA MU’THIA LIMA MANA’TA WALA ROODDA LIMA QODHOITA WALA YANFA’U DZAL JADDI MINKALJADD.
Artinya: Ya Allah Ya Tuhan Kami, tidak ada satupun yang dapat melarang jika Engkau menghendaki dan tidak ada satupun yang dapat memberi jika Engkau tidak menghendaki dan tidak ada yang dapat menolak apa yang telah Engkau tentukan serta tidak ada kekuatan yang dapat memberi manfaat kecuali atas kehendakmu.

SUBHANALLAH 33X
Artinya: Allah Maha Suci

ALHAMDULILLAH 33X
Artinya: Segala Puji bagi Allah

ALLAHU AKBAR 33X
Artinya: Allah Maha Besar